hidup sekali hiduplah yang berarti,event the best can be improved, the best never last

Senin, 10 Mei 2010

Parameter Fisika

2.3.1.      Debit air
 Menurut Eddy dan Evi (1988), debit air yang mengalir ke kolam sistem air deras merupakan faktor yang memegang peranan yang sangat penting untuk menghasilkan produksi yang tinggi. Debit air terlalu rendah akan mengakibatkan produksi ikan menurun, karena kandungan oksigen dalam air menjadi berkurang dan sisa makanan atau kotoran hasil metabolisme tidak dapat segera dibuang. Debit air yang terlalu deras akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat, karena sebagian besar energi yang diperoleh akan di pergunakan untuk mempertahankan diri dari pengaruh arus air yang terlalu besar.
2.3.2.      Suhu
Suhu merupakan salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan dan pertumbuhan badan ikan. Suhu yang optimal untuk ikan didaerah tropis biasanya berkisar antara 25 – 30oC, perbedaan suhu antara siang dan malam tidak boleh melebihi 5oC. Suhu berpengaruh terhadap pertukaran zat–zat atau metabolisme dari makhluk hidup. Pada daerah yang beriklim panas, proses perombakan berlangsung sangat cepat sehingga tidak memungkinkan bagi plankton yang tumbuh pada daerah tersebut untuk mencapai jumlah yang sangat besar. Suhu juga mempengaruhi kadar oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu suatu perairan, maka semakin kecil kadar oksigen dalam perairan (Sutanto, 1994).
            Menurut Cholik et. al. (1986), ikan–ikan  tropis tumbuh dengan baik pada suhu air antara 250C – 320 C. Sedangkan suhu sedemikian itu umumnya terjadi di Indonesia sehingga sangat menguntungkan bagi usaha budidaya ikan. Pada umumnya ikan mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan suhu yang mendadak, karenanya pemindahan ikan secara mendadak ke tempat yang suhunya jauh lebih tinggi atau sangat rendah perlu dihindari. Sering kali, perubahan sebesar 50C dapat menyebabkan stress pada ikan atau mudah membunuhnya. Pengaruh buruk yang lebih nyata terjadi apabila pemindahan mendadak itu dilakukan dari tempat yang dingin ke tempat yang lebih panas. Oleh karena itu, dalam kegiatan pemindahan ikan perlu diperhatikan faktor perubahan suhu dari tempat yang baru. Pemindahan dengan melalui aklimatisasi suhu terlebih dulu sangat dianjurkan.
2.3.3.      Kecerahan
Menurut Odum (1971), kecerahan air adalah bentuk pencerminan daya tembus atau intensitas cahaya yang masuk dalam perairan. Kecerahan perairan juga dapat ditentukan karena adanya fitoplankton atau tumbuhan air lainnya yang terdapat dalam perairan. Kecerahan air dapat diukur apabila kedalaman tembus cahaya matahari ke dalam kolam minimum  40 cm. Pengukuran kecerahan dapat digunakan untuk menentukan besarnya produktifitas primer dalam perairan.
            Odum (1971) menyatakan kembali bahwa kecerahan air merupakan bentuk pencerminan daya tembus atau intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan. Sedangkan kekeruhan air merupakan ukuran bias cahaya di dalam air yang menunjukkan derajat kegelapan di dalam suatu perairan yang disebabkan adanya partikel baik yang hidup maupun yang mati, yang dapat mengurangi transmisi cahaya. Sifat dari bahan-bahan penyebab kekeruhan ini terutama mempengaruhi warna perairan, sedangkan konsentrasinya mempengaruhi kecerahan air. Kekeruhan yang disebabkan oleh tanah lempung sering merupakan pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton maupun zooplankton. Tetapi apabila kekeruhan disebabkan oleh hadirnya jasad hidup seperti plankton, maka pengukuran kecerahan merupakan indeks untuk menentukan besarnya produktifitas perairan.
            Menurut Slamet Soeseno (1981), kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai ke dasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan air. Faktor yang mempengaruhi kekeruhan ialah :
a.    Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dan sebagainya).
b.   Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.
c.    Warna air.
            Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh, serta lain sebagainya.
2.3.4.      Kedalaman
            Menurut Hutabarat dan Evans (1985), kedalaman perairan merupakan petunjuk keberadaan parameter oseanografi. Intensitas cahaya matahari akan berkurang secara cepat dan akan menghilang pada kedalaman tertentu, begitu pula temperatur dan kandungan oksigen terlarut semakin berkurang pada kedalaman tertentu sampai dasar perairan. Jadi kadar oksigen terlarut sangat berkaitan juga dengan variabel kedalaman suatu perairan atau kolam. Fitoplankton dalam melakukan fotosintesis membutuhkan cahaya matahari. Penyinaran cahaya matahari akan berkurang secara cepat dengan makin tingginya kedalaman. Ini sebabnya fitoplankton sebagai produsen primer hanya dapat didapat di suatu daerah atau kedalaman dimana sinar matahari dapat menembus pada badan perairan.
Kedalaman yang ideal untuk kolam-kolam pemeliharaan ikan adalah 60 – 150 cm. Semakin dalam dasar kolam permukaan air di kolam tersebut, maka semakin luas ruang gerak ikan. Salah satu pertimbangan dalam menentukan kedalaman suatu kolam, yaitu kemampuan sinar matahari untuk menembus ke dasar kolam (Susanto, 1986).

2.3.5.      Kecepatan arus
Menurut Hutabarat dan Evans (1986), arus sangat dipengaruhi oleh sifat air itu sendiri, gravitasi bumi, keadaan dasar perairan, dan gerakan rotasi bumi. Sirkulasi arus pada permukaan perairan terutama disebabkan oleh adanya wind stress. Jadi arus air yang ada dalam suatu perairan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dari parameter kualitas air itu sendiri. Disamping itu arus juga dapat berdampak pada kandungan oksigen yang ada dalam air tersebut melalui proses difusi secara langsung dari udara.
            Pola arus dan asal arus diperairan umum (danau, sungai, dan resevoir) berbeda dengan di laut. Pada perairan umum yang mengalir (lotic system) misal sungai, air berasal dari tiga sumber, yaitu mata air, hujan, dan aliran permukaan. Aliran sungai dipengaruhi oleh adanya dua kekuatan yaitu gravitasi dan hambatan (friksi). Oleh karena itu, kekuatan arus di sungai tergantung pada letak daerahnya. Pada daerah hulu, kecepatan arusnya tinggi, sedangkan di daerah hilir kecepatan arusnya menurun  ( Sri Rejeki, 2001).
            Menurut Hutabarat (2000), kecepatan arus di perairan umum yang tergenang (lentic water bodies) misal danau dan reservoir pada umumnya lebih rendah daripada kecepatan arus di laut ataupun sungai. Kecepatan arus di perairan danau atau reservoir dipengaruhi oleh angin dan kecepatan arus di perairan lentic sangat bervariasi, dan hal ini bukan faktor–faktor dalam pemilihan lokasi untuk budidaya kolam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar