Morfologi adalah bentuk dan penampakan luar dari tubuh suatu mahluk hidup
Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan cara, tingkah laku dan kebiasaan hidup di dalam suatu habitat ikan hidup. Dengan kata lain, habitat atau lingkungan dimana ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh, macam-macam alat tubuh dan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda satu sama lain. Ikan akan menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor fisika, kimia, biologis habitat yang bersangkutan, misalnya kedalaman air, arus air, pH, salinitas, dan mahluk-mahluk lainnya, seperti plankton, jasad renik, benthos dan sebagainya (Saanin, 1968).
Penyesuaian bentuk tubuh, cara bergerak, tingkah laku maupun kebiasaan hidupnya sesuai habitatnya, dimaksudkan untuk menyesuaiakan diri dalam mencari makanan dan menghindarkan diri dari predator maupun terhadap bahaya akan keselamatan hidupnya (Nontji, 1993).
2.1.1. Bentuk tubuh
Bentuk tubuh ikan sangat bervariasi meskipun pola dasarnya sama, yaitu kepala, badan, ekor. Umumnya bilateral simetris, kecuali ordo Pleurponectifomes yang mempunyai non bilateral simetris, misalnya ikan ilat-ilat (Cyonoglossus monopus). Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan cara, tingkah laku, dan kebiasaan hidup di dalam suatu habitat hidup ikan (Rahardjo, 1985).
Menurut Nontji (1993), untuk mengetahui atau menduga cara hidup ikan dapat diketahui dengan mengamati bentuk tubuh dari ikan. Bentuk tubuh ikan terdiri dari:
1. Fusiform (torpedo), bentuk tubuh ramping, potongan melintang, berbentuk elips, ekornya sempit. Ikan ini berenang cepat, dan hidup di perairan terbuka. Contohnya ikan Tuna, ikan Selar, dan ikan Kembung.
2. Compressed (pipih), tubuhnya pipih secara lateral dan pipih secara dorsoventral. Berenang dengan kecepatan konstan, lambat pada kondisi biasa tetapi bila ada bahaya mampu berenang dengan cepat. Contohnya family Cyprinidae (ikan Mas Cyprinus carpio)
3. Depressed (pipih secara lateral), hidup di dasar perairan, contohnya ikan Pari Elang (Aeobatis narinari)
4. Anguliform (seperti ular), bentuk tubuh sangat panjang dan penampang lintang membundar. Contohnya Belut (Monopterus albus) dan Sidat (Anguilla anguilla)
5. Filiform (seperti benang), terdapat pada family Nemichtyuae. Bentuk tubuh panjang seperti benang dan sangat tipis.
6. Globiform (bentuk bola), bentuk bola akan tampak ketika ikan dalam keadaan bahaya karena ikan akan mengembangkan tubuhnya semaksimal mungkin. Contohnya family Tetraodontidae.
7. Taeniform (seperti pita), terdapat pada family Trachypterydae dan Trichiuridae.
8. Sagitiform (bentuk pipih), contohnya pada ikan Pike dari family Esociadae dan family Lepisostidae. Bentuk tubuh ikan memanjang, sirip tunggalnya terletak jauh di belakang dekat sirip ekor.
9. Bentuk kombinasi, contohnya pada family Claridae dan Pengasiudae. Mempunyai kepala yang picak, badan yang membundar dan lonjong serta bagian ekor yang pipih.
2.1.2. Ukuran tubuh
Ukuran tubuh ikan diperlukan untuk identifikasi jenis ikan. Menurut Saanin (1968), ukuran ini meliputi :
1. Panjang total, yaitu jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang termuka dengan sirip ekor yang paling belakang.
2. Panjang standar, yaitu jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang paling muka (biasanya ujung salah satu dari rahang yang termuka) dengan lipatan pangkal dari sirip ekor.
3. Fork length, yaitu panjang dari ujung mulut hingga percabangan ekor.
4. Tinggi badan, yaitu jarak yang diukur pada tempat yang tertinggi, bagian dari dasar sirip yang melewati garis punggung tidak ikut diukur.
5. Lebar mata, yaitu panjang garis menengah rongga mata.
6. Panjang kepala, yaitu jarak antara ujung termuka dari hidung hingga ujung terbelakang dari keping tutup insang.
7. Panjang dimuka sirip punggung, yaitu jarak antara ujung hidung hingga ke pangkal jari-jari pertama sirip punggung.
8. Panjang sirip dada, yaitu panjang terbesar menurut arah jari-jari dan diukur dari bagian dasar sirip yang paling muka atau terjauh dari puncak sirip hingga kepuncak sirip ini.
9. Tinggi batang ekor, yaitu jarak miring antara ujung dasar sirip dubur dan pangkal jari-jari tengah sirip ekor.
10. Panjang sirip perut, yaitu panjang terbesar menurut arah jari-jari dan diukur dari bagian dasar sirip yang paling muka.
2.1.3. Bentuk sisik
Sisik sering diistilahkan sebagai rangka dermis karena sisik dibuat di dalam lapisan dermis. Disamping ikan yang bersisik, terdapat ikan yang sama sekali tidak bersisik, misalnya ikan-ikan yang termasuk dalam ordo siluridae (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), sisik merupakan salah satu bagian dari ikan di dalam lapisan dermis. Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung sisik dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:
1. Placoid, sisik berbentuk seperti duri mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri luar dari epidermis, dengan susunan seperti gigi manusia. Sisik placoid umumnya terdapat pada ikan-ikan bertulang belakang dan tulang rawan. Misalnya : ikan Hiu dan ikan Pari
2. Cosmoid, hanya pada ikan fosil dan primitif. Misalnya ikan Latimeria chalumnae. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, berturut-turut dari luar yaitu vitrodentine, cosmine, dan isopedine.
3. Ganoid, sisik ganoid tumbuh dari atas dan bawah. Terdiri dari beberapa lapisan :
- ganoid, yang materialnya terdiri dari garam-garam anorganik
- cosmine, lapisannya kuat dan noncellular
- isopedine, yang terdiri dari substansi tulang, terdapat pembuluh-pembuluh kecil.
4. Cycloid, disebut juga sisik lingkaran, membentuk gerigi pada bagian belakang, memiliki bentuk bulat, tipis transparan dan mengandung dentine.
Susunan sisik seperti gunting sehingga mengurangi gesekan dengan air maka dari itu ikan dapat berenang dengan cepat.
5. Ctenoid, disebut juga sisik sisir, sisik ini memiliki bentuk gerigi, hampir sama dengan cycloid, namun bagian posteriornya dilengkapi dengan ctenii.
2.1.4. Bentuk sirip
Sirip adalah anggota tubuh yang menipis yang terdapat di atau pada hewan air dan digunakan untuk bergerak atau bermanuver di dalam air serta untuk menjaga keseimbangan tubuhnya dalam air (Afrianto, 1996).
Menurut Rahardjo (1985), tipe sirip pada ikan ada dua yaitu:
1. Sirip tunggal, terdiri dari sirip punggung (Pinnea dorsalis), sirip ekor (Pinnea caudalis), dan sirip dubur (Pinnea analis).
2. Sirip berpasangan, terdiri dari sirip perut (Pinnae ventralis) dan sirip dada (Pinnae pectoralis).
Sirip ekor mempunyai lima bentuk yaitu rounded (ujung ekor melingkar), truncate (ujung ekor lurus), emarginated (ujung ekor agak bercabang), lunated (batang ekor kecil dan bercabang), forked (ujung ekor bercabang) (Rahardjo, 1985).
2.1.5. Bentuk dan tipe mulut
Bentuk dan tipe mulut merupakan penyesuaian terhadap makanan yang menjadi kesukaannya. Ukuran dari mulut ikan juga memberikan petunjuk terhadap kebiasaan makanannya. Bibir yang kecil tanpa adanya modifikasi biasanya makanannya bentuknya kecil sedangkan mulut dengan tipe inferior dan bibir yang berdaging tebal memperoleh makanan dengan cara menghisap (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), mulut ikan dibagi menjadi empat tipe yaitu:
1. Tipe Terminal, yaitu mulut ikan terletak di ujung kepala ikan.
2. Tipe Sub terminal, yaitu mulut ikan terletak di dekat ujung kepala ikan.
3. Tipe Superior, yaitu mulut ikan terletak di bagian atas kepala.
4. Tipe Inferior, yaitu mulut ikan terletak di bagian bawah kepala.
Pada mulut sering terdapat sungut yang bentuk dan jumlahnya sangat bervariasi yang berfungsi sebagai alat peraba dan pada sungutnya terdapat saraf yang berfungsi sebagai untuk menemukan makanan diantara material yang lunak (Rahardjo, 1985).
2.1.6. Bentuk dan tipe ekor
Bentuk ekor ikan ditentukan oleh beberapa ruas vertebrate yang paling belakang. Ada ruas vertebrate yang tetap bentuknya dan ada pula yang berugah disertai beberapa potong tulang tambahan.
Sirip ekor mempunyai lima bentuk yaitu rounded (ujung ekor melingkar), truncate (ujung ekor lurus), emarginated (ujung ekor agak bercabang), lunated (batang ekor kecil dan bercabang), forked (ujung ekor bercabang) (Rahardjo, 1985).
2.1.7. Warna tubuh
Ikan-ikan yang hidup di dasar perairan mempunyai warna gelap pada bagian punggungnya dan pucat pada bagian bawah sedangkan ikan yang hidup di dekat perairan permukaan umumnya kehitam-hitaman atau kebiru-biruan, bagian tengah keperakan serta bagian bawah atau perut keputih-putihan (Soeseno, 1981).
Sel khusus yang memberikan warna khusus pada ikan ada dua yaitu iriclocyte dan chromatophore. Iriclocyte disebut sel cermin karena mengandung bahan yang dapat memantulkan warna, yaitu guanin kristal (Rahardjo, 1985).
Menurut Rahardjo (1985), chromatophora dasar ada empat jenis, yaitu:
1. Erythrophore (merah dan jingga)
2. Xanthophore (kuning)
3. Malanophore (hitam)
4. Leucophore (putih)
Menurut Rahardjo (1985), warna ikan disebabkan karena pigmen pembawa warna (biochrome) antara lain:
1. Carotenoid : kuning, merah, dan corak lain
2. Cromolipod : kuning sampai coklat
3. Indigoid : biru, merah, dan hijau
4. Melanin : hitam atau coklat
5. Porpyrin/pigmen empedu : merah, kuning, hijau, coklat
6. Flavin : kuning, kehijau-hijauan
7. Purin : putih atau keperakan
8. Pterin : putih, kuning, merah, jingga.
2.2. Anotomi Ikan
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh ikan secara makroskopik,
embriologi serta perbandingan suatu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya, termasuk
fosil yang masih ada (Afrianto, 1996).
2.2.1. Sistem digestoria
Menurut Mahardono, et al (1979), saluran digestoria (sistem pencernaan) pada ikan terdiri saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri dari:
1. Rongga mulut (cavum oris), terdiri dari bibir, langit-langit, dasar mulut, gigi, lidah, muara kelenjar ludah.
2. Oesophagus, bentuknya sangat pendek, berbentuk kerucut dan terletak di belakang insang.
3. Lambung (ventriculus), berbentuk seperti huruf J atau U dan relatif besar ukurannya, berwarna kehijau-hijauan.
4. Intestinum, terdapat lipatan-lipatan untuk memperluas daerah penyerapan makanan. Berwarna putih kehijauan, bermuara di anus. Intestinum dibagi menjadi dua yaitu Intestinum tinnue (usus kecil) dan Intestinum crassum (usus besar). Bagian usus halus yang berbatasan dengan pilorus (bagian bawah lambung) adalah duodenum yang mempunyai banyak usus buntu (Caeca pylorica).
Menurut Mahardono, et al, (1979), kelenjar pencernaan ikan terdiri dari:
1. Hati (hepar), berwarna coklat, terletak di bawah kerongkongan, berbentuk bulatan besar dan banyak mengandung saluran empedu yang bermuara di Ductuc hepatica.
2. Pankreas, letaknya dibawah lambung, berwarna abu-abu merah muda. Pada ikan Teleostei, pankreas bercabang-cabang.
2.2.2. Sistem musculatoria
Menurut Rahardjo (1985), sistem musculatoria pada ikan terdiri dari otot polos, otot jantung, dan otot rangka. Berdasarkan sifatnya dikenal otot yang bersifat voluntary, yaitu otot yang sifatnya dipengaruhi oleh otot sadar (sifat kontraksi) dan otot involuntary, yaitu otot yang sifat kontraksinya tanpa dipengaruhi oleh kemauan saraf sadar.
1. Otot rangka
Bersifat kokoh dan berfungsi membentuk tubuh dan untuk bergerak. Otot rangka biasanya berwarna putih hingga merah muda. Terdiri dari kumpulan blok urat daging yang disebut Myoseptum.
2. Otot polos
Terdapat di saluran pencernaan, mata, saluran reproduksi, dan gelembung renang. Bersifat involuntary.
3. Otot jantung
Otot jantung berwarna merah, disebut juga dengan Myocardium yang dilapisi pericardium dan endocardium, terdapat di jantung.
2.2.3. Sistem circulatoria
Menurut Mahardono, et al, (1979), alat peredaran darah pada ikan terdiri dari jantung dan pembuluh darah.
1. Jantung
Jantung berfungsi sebagai pompa, terletak di bawah kerongkongan dan insang. Jantung terbungkus dengan selaput tipis yang disebut kantong jantung. Jantung pada ikan mempunyai bentuk yang bervariasi dan bergantung pada jenis ikannya. Ikan yang bergerak aktif prosentase berat jantung dan tubuhnya lebih besar daripada yang bergerak lambat. Bagian jantung yaitu sinus venosus, ventrikel, atrium, truncus arteriosus.
2. Pembuluh darah
Menurut Mahardono, et al, (1979), pembuluh darah pada ikan terdiri dari:
a. Pembuluh darah utama, yaitu pembuluh darah dorsal dan ventral yang terletak sejajar dan memanjang sepanjang tubuh ikan.
b. Pembuluh tubuh ikan yang merupakan cabang-cabang yang menuju hampir ke seluruh tubuh. Darah pada ikan menuju ke insang dari jantung melalui aorta ventral, kemudian ke arteri Brancial afferent kemudian ke aorta dorsal. Darah mengalir di dalam pembuluh darah sehingga disebut peredaran darah di dalam suatu pembuluh disebut peredaran darah tertutup. Darah ikan dalam sekali beredar hanya sekali saja melalui jantung dan disebut peredaran darah tunggal.
2.2.4. Sistem respiratoria
Ikan adalah hewan air atau hewan akuatik. Alat pernapasan ikan berupa insang. Oksigen yang diperlukan diambil dari oksigen yang terlarut dalam air. Bagian yang bertugas untuk menyerap oksigen dari dalam air adalah pembuluh kapiler darah. Pembuluh kapiler darah ini terdapat di dalam lembaran insang (Mahardono, et al, 1979).
Menurut Mahardono, et al, (1979), pemasukan air ke dalam rongga mulut disebut inspirasi, pengeluarannya disebut ekspirasi. Pada inspirasi (pemasukan Air), tutup insang bergerak ke samping. Rongga mulut membesar, mulut dibuka dan air masuk. Waktu itu selaput tutup insang justru menutup celah insang. Pada ekspirasi (pengeluaran air), tutup insang bergerak ke dalam. Rongga mulut mengecil, tertutup, dan selaput tutup insang membuka. Air diperas keluar melalui lembaran-lembaran nsang. Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di lamella insang (Mahardono, et al, 1979)
Menurut Rahardjo (1985), insang pada ikan dibagi menjadi dua yaitu:
1. Insang pada ikan Elasmobranchia
Pada ikan Elasmobranchia belum terdapat tutup insang sehingga celah insang langsung berhubungan dengan lingkungan. Celah insang berjumlah lima pasang, pada jenis tertentu sering dijumpai enam sampai tujuh pasang celah insang. Setiap lengkung insang pada Elasmobranchia disokong oleh rangka yang terdiri dari:
a. Tapis insang, terdapat pada lengkung insang mengarah ke dalam rongga faring. Berfungsi untuk menepis bahan makanan yang terbawa bersama air pernapasan yang kemudian diteruskan ke dalam oesophagus.
b. Jari-jari insang, melekat di luar lengkung insang mengarah ke permukaan tubuh sebagai penguat insang.
c. Lamela insang, berupa rambut yang halus terbungkus oleh ephitelium tipis dengan satu ujungnya melekat pada jari-jari insang penuh dengan kapiler darah.
2. Insang pada ikan Osteichthyes
Pada ikan ini operculum yang terpasang atas empat susun potong tulang dermal, yaitu operculum, preoperculum, interculum, dan sub operculum. Selaput tipis bekerja sebagai klep pada insang yang disebut membran branchiostegi. Pada bagian depan dari selaput melekat pada operculum yang disokong beberapa potong yang terletak pada dinding ventral pharink, yang disebut branchiostegii.
2.2.5. Sistem sceleton
Kerangka tubuh juga disebut skeleton. Sisik ikan yang mengandung zat tulang disebut pula rangka luar. Rangka dari tulang-tulang disebut rangka dalam. Di bagian kepala terdapat tulang–tulang tengkorak. Di belakangnya terdapat susunan tulang punggung yang disebut pula vertebra. Menurut susunannya, vertebra dibagi atas tulang punggung bagian depan, tulang punggung bagian belakang, dan bagian ekor (Mahardono, et al, 1979).
Menurut Djuanda (1985), kerangka ikan dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
1. Rangka axial
Terdiri dari rangka tengkorak, tulang punggung, dan tulang rusuk.
2. Rangka visceral
Terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya.
3. Rangka appendicular
Termasuk dalam rangka appendicular adalah sisik dan perekat-perekatnya.
Pada tulang punggung ikan berkembang dari scelerotome yang terdapat di sekeliling notocorda dan batang saraf. Setiap pasangan dari scelerotome berkembang menjadi empat pasang oculatoria. Pada beberapa ikan pembentukan tulang punggung (centrum) bukan semata-mata dari arcularia, melainkan oleh sel mesenchyme yang merapat dan berkumpul di sekitar notocorda. Berdasarkan pembentukannya terdapat dua macam tulang punggung yaitu monopondyly dan displospondyly.
Pada tulang punggung bagian depan, masing-masing ruas mempunyai sepasang taju hemalis yang membentuk tulang rusuk. Akan tetapi pada ruas-ruas di bagian belakang hanya ada sebuah taju hemalis saja. Pada sebagian jenis ikan, sirip-siripnya juga mempunyai tulang yang berbentuk duri-duri, yaitu duri-duri sirip punggung, duri-duri sirip dada, duri-duri sirip perut, dan duri-duri sirip belakang tetapi sirip ekor tidak mempunyai duri. Ujung tulang ekor, ruas-ruas tulangnya agak membelok ke atas. Taju neralisnya mengecil sedangkan taju hemalisnya memanjang (Mahardono, et al, 1979).
2.2.6. System urogenitalia
Sistem ini merupakan gabungan antara sistem urinaris dan sistem genitalis. Kelenjar kelamin disebut juga gonad. Ikan merupakan hewan heteroseksual yang artinya perbedaan sel kelamin jantan dan betina jelas. Kelenjar kelamin jantan disebut testis sedangkan kelenjar kelamin betina ialah ovarium (Mahardono, et al, 1979).
Ovarium terletak internal dan biasanya longitudinal, tersusun berpasangan tetapi sering bervariasi, bentuknya pendek. Ukuran dan besar ovarium bergantung pada tingkat kematangan seksual dari ikan betina. Jika ovarium telah matang, beratnya bisa mencapai 70% dari berat tubuhnya. Warna ovarium bervariasi, ketika masih muda keputih-putihan dan pada tingkat immature tampak kehijauan dan pada saat mature berwarna kuning keemasan seperti kuning telur (Rahardjo, 1985).
Testis berbentuk longitudinal, pada kebanyakan ikan mempunyai struktur yang berpasangan. Terutama atas folikel-folikel yang berkembang menjadi spermatozoa. Ukuran dan warna testis berubah-ubah sesuai dengan kematangan gonad. Beratnya berkisar 12% dari berat tubuhnya kebanyakan krem keputihan dan halus strukturnya (Rahardjo, 1985).
2.2.7. Sistem optic
Mata ikan terlindung dalam rongga mata. Mata terbuka lebar karena tidak tertutup oleh kelopak mata kecuali Elasmobranchi. Mata ikan mengalami modifikasi dalam bentuk dan strukturnya. Letak mata pada ikan umumnya lateral pada masing-masing sisi tetapi pada ikan yang hidup di perairan dalam matanya terletak pada dorsal. Adapun bagian–bagian mata ikan yaitu iris, lensa mata, retina, dan kornea (Mahardono, et al, 1979).
Pada keadaan terang contractile myoid elementary pada dasar robe dan cone mendekati lensa. Hal ini menyebabkan ikan yang mencari makan pada siang hari akan mempunyai cone lebih banyak sedangkan ikan yang mencari makan pada malam hari akan mempunyai robe yang lebih banyak dibandingkan conenya (Rahardjo, 1985).
2.2.8. Sistem nervorum
Menurut Rahardjo (1985), otak adalah pusat susunan saraf. otak terlindung aman di dalam rongga tengkorak. Otak pada ikan terbagi menjadi lima yaitu:
1. Telencephalon, adalah otak yang berfungsi sebagai pusat yang berhubungan dengan hidup. Syaraf yang keluar dari daerah ini adalah syaraf olfactory yang berhubungan dengan hidung sebagai penerima rangsang. Biasanya terdapat pada ikan yang mengutamakan pembauan untuk mencari makan.
2. Diencephalon, dibagi menjadi tiga yaitu epitalamus, thalamus, dan hipotalamus. Di bagian atas diencephalon terdapat organ yang disebut badan pineal, di bawah hypothalamus terdapat kelenjar hypopisa (pituary). Badan pineal Teleostei ada yang berkembang dan ada yang tidak berkembang. Ikan-ikan yang tertarik pada cahaya (fototaksis positif) pada kepalanya akan mengandung pigmen dan atap cranial yang transparan di atas diencephalon sedangkan ikan yang fototaksis negatif pada kepalanya terdapat jaringan yang menghalangi cahaya.
3. Mecenphalon, merupakan otak tengah pada ikan yang relatif besar dan berfungsi sebagai pusat penglihatan. Bagian yang menarik dari mecenphalon adalah lobus opticus, yang terdiri dari rectum optickum dan tegmatum. Teckum optikum merupakan organ koordinator yang melayani rangsangan penglihatan sedangkan tegmatum merupakan pusat saraf motoris.
4. Metenchepalon, memiliki bagian yang menarik disebut cerebellum yang berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot, dan daya orientasi terhadap lingkungan. Pada ikan jenis Teleostei, cerebellum terbagi atas dua bagian yaitu volvula cerebelli dan corpus cerebelli. Besar kecilnya corpus cerebelli tergantung pada jenis spesiesnya. Pada golongan cucut dan family Momyridae, cerebellum relatif sangat besar dan hampir menutupi otak bagian depan. Keadaan ini berhubungan dengan aliran listrik yang dikeluarkannya. Pada ikan jenis perenang cepat mempunyai cerebellum yang relatif besar sebagai contoh pada ikan tuna, ikan barakuda, dan sebagainya.
5. Myelencephalon, merupakan bagian yang posterior dari otak. Medula oblongata merupakan komponen yang utama dari bagian ini yaitu sebagai pusat saraf dari cranial.
2.3. Taksonomi Ikan
Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu yang mempelajari klasifikasi dari jasad-jasad. Kata taksonomi berasal dari istilah Yunani yaitu “Taxsis” yang berarti susunan dan pengaturan serta ”Nomos” yang berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Chandolie pada tahun 1813 untuk teori pengklasifikasian tumbuh-tumbuhan (Afrianto, 1996).
2.3.1. Identifikasi ikan
Salah satu tugas pokok dari taksonomi adalah identifikasi. Tugas pokok dari ahli sistematika adalah mengelompokan jasad yang sudah ada dan begitu beraneka ragam dari alam ke dalam berbagai kelompok yang sudah dikenal untuk menetapkan ciri-ciri penting dari kelompok ini. Selain itu ahli sistematik juga harus memberikan nama ilmiah kepada kelompok-kelompok itu untuk memungkinkan pemberian nama pengakuan kepadanya oleh ahli-ahli di seluruh dunia (Saanin, 1968).
Pada dasarnya identifikasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi tingkat analisis dan identifikasi tingkat sintesis. Identifikasi tingkat analisis adalah usaha-usaha pengenalan ciri-ciri biologis dan deskripsi secara teliti dan tepat dari ikan itu. Hal-hal yang harus diketahui dalam melakukan identifikasi adalah sifat-sifat dan tanda-tanda bentuk dari ikan (Saanin, 1968).
Identifikasi tingkat sintesis adalah pengenalan dan deskripsi secara dari suatu spesies adalah tugas utama dari ahli sistematika. Untuk menghindari tumpukan diskripsi yang membingungkan, maka harus dibuat suatu penyusunan yang teratur dari spesies-spesies. Harus menyusun kategori yang lebih tinggi dan menempatkan ciri-cirinya (menciptakan suatu klasifikasi) (Saanin,1968).
2.3.2. Klasifikasi
Membuat klasifikasi adalah tugas kedua dari ahli taksonomi. Pada umumnya menyusun klasifikasi adalah dengan menetapkan suatu definisi dari suatu kelompok atau kategori-kategori menurut skala hierarki. Tiap-tiap kategori meliputi satu atau beberapa kelompok lebih rendah yang terdekat yang merupakan kategori berikutnya. Hasilnya adalah bahwa semua binatang dapat diklasifikasikan ke dalam suatu hierarki taksonomi yang terdiri dari satu rentetan kategori yang meningkat dari spesies sampai kingdom, tiap-tiap kategori berikutnya meliputi satu atau beberapa kategori sebelumnya (Saanin, 1968).
Telah kita ketahui bersama makhluk hidup yang ada di permukaan bumi sangat banyak dan beraneka ragam menurut perkiraan para ahli terdapat lebih dari 1 juta hewan dan lebih dari 300 ribu tumbuhan. Sebagian makhluk hidup tersebut hidup di daerah tropis seperti Indonesia . Tiap-tiap kategori meliputi satu atau beberapa kelompok lebih rendah yang terdekat yang merupakan kategori berikutnya. Hasilnya adalah semua binatang dapat diklasifikasikan kedalam suatu hierarki taksonomi yang terdiri dari satu rentetan kategori-kategori yang meningkat dari spesies hingga kingdom, tiap-tiap kategori berikutnya meliputi satu atau beberapa kategori selanjutnya. Dari semua kategori-kategori tersebut akan mempunyai arti yang khas atau spesifik dari jenis ikan yang ditemukan (Saanin, 1968).
Menurut Saanin (1968), kategori-kategori saat ini yang paling sering dipakai adalah:
v Kingdom
v Phyllum
v Sub phylum
v Classis
v Sub classis
v Ordo
v Sub ordo
v Family
v Genus
v Species
kasih dapus dong gan
BalasHapusMorfologi adalah bentuk dan penampakan luar dari tubuh suatu mahluk hidup, pernyataan ini menurut ahli siapa ya?
BalasHapus