hidup sekali hiduplah yang berarti,event the best can be improved, the best never last

Sabtu, 08 Mei 2010

EVALUASI BUDIDAYA UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DENGN MENINGKATKAN KEPADATAN TEBAR DI TAMBAK INTENSIF Oleh : fatich ubaidillah

Udang putih termasuk hewan omnivora yang mampu memanfaatkan pakan alami yang terdapat dalam tambak seperti plankton dan detritus yang ada pada kolom air sehingga dapat mengurangi input pakan berupa pelet. Konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR) udang putih 1,3- 1,4 (Boyd dan Clay,2002). Kandungan protein pada pakan untuk udang putih relatif lebih rendah, udang putih membutuhkan pakan dengan kadar protein 20-35%. Dengan menggunakan pakan yang berkadar protein rendah maka biaya untuk pembelian pakan lebih kecil sehingga dapat menekan biaya produksi.

Udang putih dapat tumbuh baik dengan kepadatan tebar yang tinggi, yaitu 60-150 ekor/m2 (Briggs et al, 2004) dengan tingkat pertumbuhan 1-1,5 gr/minggu. Hal ini disebabkan udang putih mampu memanfaatkan kolom air sebagai tempat hidup sehingga ruang hidup udang menjadi lebih luas. Hal ini yang menjadi dasar petambak untuk meningkatkan produksi udang dengan meningkatkan kepadatan tebar.

Manipulasi manajemen budidaya sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi udang putih, salah satunya adalah dengan manipulasi kepadatan tebar. Dari hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa kepadatan tebar udang putih memberikan hasil yang berbeda terhadap performance udang putih.

Pertumbuhan (berat) udang putih sangat dipengaruhi oleh manajemen pakan yang digunakan. Kelebihan pakan akan mempercepat pertumbuhan tetapi menurunkan kualitas lingkungan tambak, sedangkan kekurangan pakan menyebabkan kualitas lingkungan baik, tetapi pertumbuhan lambat. Sedangkan pemberian pakan yang optimal akan mendukung pertumbuhan dan kualitas lingkungan tambak yang baik. Pertumbuhan udang pada kepadatan tebar 115 ekor/m2 lebih baik dibanding tambak dengan kepadatan tabar yang lainnya (18,3 g), sedangkan tambak dengan kepadatan rendah (76 ekor/m2) mempunyai pertumbuhan terkecil.

Hasil panen yang diperoleh pada budidaya udang dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain : kepadatan tebar, survival rate, penyakit, dan pertumbuhan. Dari hasil analisis data diperoleh gambaran bahwa kepadatan tebar yang paling tinggi (115 ekor/m2) menghasilkan panen yang paling besar (9.678 kg). Disamping kepadatan tebar tinggi, faktor penyebab lainnya adalah berat udang yang paling besar (18,3 g) dan survival rate yang cukup tinggi (92%). Harga per kilogram Udang jenis ini di dalam negeri rata-rata Rp 75 ribu lebih. Namun, jika dijual ke luar negeri (ekspor) nilai udang tersebut bisa lebih dari Rp 300 ribu perkilogram.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar